PRASASTI KEMLAGYAN

Prasasti Kamalagyan 1037 M ditulis pada masa raja Airlangga dengan huruf dan bahasa Jawa Kuno. Isinya menyebutkan dibangunnya sebuah bendungan (Dawuhan/Dam) di Wringin Sapta oleh Raja Airlangga bersama-sama dengan rakyat. Sebelum bendungan itu dibangun, dikatakan bahwa Sungai Brantas selalu banjir dan airnya meluap ke beberapa desa dan tanah perdikan. Untuk menjaga dan memelihara bangunan bendungan tersebut, ditetapkanlah Desa Kamalagyan untuk menjadi perdikan atau daerah bebas pajak.

Sungai Brantas sejak dulu merupakan salah satu jalur perdagangan sejak Jawa Kuna di wilayah Jawa Timur, bahwa Raja Balitung Daksa Tulodong dan Wawa memberi perhatian lebih kepada Jawa Timur karena penguasa Jawa Tengah sadar pentingnya perdagangan antar pulau waktu itu perdagangan dengan Arab berjalan dengan baik pada abad ke 9 Masehi dengan melibatkan penduduk desa perdikan sekitar sungai tersebut.

Seperti berita yang ditulis pada Prasasti Kamalagyan 1037 M dibawah ini :

“.... Beh, mankana karananikan i kamalgyan an sinima de cri maharaja, wineh makmitana pracasti munwih titik wunkal, mawah katmwani drabyahaji ni kala kalagyan in sden madawuhan i kamalagyan riin tambak warinin sap.... “
“.... ta denikan wargga hatur mwan wargga patih mapangihapageba kaliliranani wka wetya hlam tka ri dlahanin dlaha, an sima dawuhan cri maharaja parnnahnya, nayaka pratyaya tka rin pinbai wahuta ra.... “
Terjemahan : “.... inilah sebabnya Kamalagyan itu dijadikan daerah perdikan kepadanya diberikan suatu Prasasti (yang dipahatkan) diatas batu padas dan (disebutkan juga) penghatsilan milik raja dari kala Kalagyan untuk mereka yang sedang (memelihara) tambak di Kamalagyan, ialah tambak di Waringin Sapta, yang diterimakan kepada ....”
Terjemahan : “.... orang-orang anggauta Hatur dan anggauta Patih. Supaya mereka ini akan tetap menerimanya sampai dengan anak dan keturunannya. Inilah sebabnya, bahwa daerah perdikan tambak dari Cri Maharaja ini akan kebal sampai kelak dan kelak kemudian hari.......)10 utusan, orang yang menjadi kepercayaan dan orang pinbai wahuta ra (lanjutan prasasti ini hilang)....

Daerah perdikan yang dimaksudkan dalam prasasti tersebut meliputi beberapa desa yang secara geografis sampai saat ini masih ada. Letak persis desa lasun, pakinjwan, Sijanatyesan, Panjigantin, Talan, Decapankah, Pankaja begitu pula daerah perdikan. Daerah perdikan adalah diKala, Kalagyan, Thani Jumput, daerah perdikan Bihara yang disebutkan pada Prasasti Kamalagyan 1037 M tidak semua nya nama-nama desa tersebut masih ada dipakai sampai sekarang atau diketahui secara tepat desa- desa tersebut. Sehingga ketika sungai berantas meluap dengan debit air yang tidak sebagaimana mestinya, maka hal tersebut akan berdampak pada aktivitas penduduk desa perdikan dibawah kawasan raja Airlangga. Dampak tersebut juga turut mempengaruhi keberlangsungan dan eksistensi kerajaan.

Dikatakan dalam Prasasti Kamalagyan 1037 M, mengenai tempat- tempat yang terdampak bencana banjir seperti dibawah ini

“…. Gyan, punyahetu tan swartha, kahaywaknanin thani sapasuk hilir lasun palinjawan, sijanatyesan panjigantin, talan, ecapankah, pankaja, tka rin sima parasima, kala, kalagyan, thani jumput, wihara ca

Terjemahan :

“…. mempunyai hasil pekerjaannya tidak memberikan kemakmuran. Maka dari sebab itu Cri Maharaja yang berusaha memperbaiki tanah pertanian yang terletak diseluruh hilir Lasun, Palinjwan, Sijanatyesan, Panjigantin, Talan, Decapankah, Pankaja, begitu pula daerah perdikan-daerah perdikan ialah di Kala, Kalagyan, Thani Jumput, daerah perdikan Bihara, daerah perdikan rumah penginapan

Ia, kamulan parhyanan, parapatapan makamukya bhuktyan, san hyan dharmma rin icanabhawana manaran i surapura, samankana brebnikan thani katahan kadedetan cariknya denikan kanten tmahan banawan amgat ri wa ”

Daerah perdikan tempat suci arwah nenek moyang, daerah perdikan tempat orang pertapa dan terutama11 daerah besar12 yang dikuasai oleh makam keramat di Icanabhawana yang bernama Surapura. Demikianlah banyaknya tanah pertanian yang sawah-sawahnya13 tertahan dan terkena (hasil buminya) oleh sungai kecil 14 yang akhirnya menjadi bengawan yang menerobos di. ”

Desa Kalagyan yang dimaksudkan didalam Prasasti Kamalagyan bisa diidentifikasikan sekarang  menjadi Desa Klagen hal ini bisa dibuktikan dengan beberapa penemuan situs didesa tersebut dengan adanya Sebuah Batu Prasasti yang dinamakan Prasasti Kamalagyan, Prasasti Kamalagyan 1037 M memberitakan mengenai bencana banjir yang melanda daerah disekitar aliran Sungai Brantas masa Raja Airlangga dan cerita rakyat desa tersebut yang diceritakan secara turun temurun yang bisa dijadikan acuan mengenai letak dari Desa Kalagyan yang disebutkan didalam Prasasti Kamalagyan 1037 M. Selain desa kalagyan, juga terdapat desa pangkaja yang disebut berada disekitar jalan raya bangsal – mojosari. Dimana dalam Prasasti Kamalagyan disebut nama Pangkaja sebagai desa yang terdampak banjir akibat jebolnya tanggul waringin sapta.

Tidak hanya keterangan berkenaan daerah dan desa perdikan yang terdampak banjir, akan tetapi keterangan berkenaan dengan pembayaran pajak sebagai hak milik raja atas tanah pertanian yang terdampak banjir pasca meluapnya sungai brantas. Dalam praasasti tersebut dijelaskan bahwa terdapat pengurangan kewajiban membayar pajak dan setor hasil panen kepada raja. Keterangan tersebut antara lain berbunyi :

 

“…. nacura, i pinsornyajna cri maharaja kumonakanikan ramajataka i kamalagyan sapasuk thani kabeh, thani watek pankaja, atagan kelpurambi, gawe ma 1 masawah tampah 6 hinajyan ma su 6 ma 7. Ku 4 len. “

“…. drabyahajinin gaga, kbwan paserehan, tka rin Iwah, renek, tpitpi, wulu-wulu prakara kabeh, pinda samudaya ma su. 17 ma 14 ku 4 sa 4 yatika inandoan patahila drabya haji ma su 10 makan asuji “

“…. masa i cri maharaja magilinglinan tanpak tanpa padapanleyo, tanpa pagaduh, tanpa pilihmas len drabyahajinin kalagyan sandanan ma su 2 ma 10 milu nandeh matahila ma su 2 kakala. „

“    nan madrabyahaji ma 1 ku, inandeh matahila drabyahaji ma 1 ateher tan kna rin pintapalaku buncan haji turunturun sakupan sanak sukha duhkha magon madmit denikan wargga hatur, wargga patih, mwan jurunin ka “

“    samankana kwehnikan thani katahan kadedetan cariknya denikan kanten tmahan banawan amgat ri wa “

“…. rinin sapta, dumadyakan unanikan drabyahaji mwan hilanmkan carik kabeh, apan durllabha kawnanani katambakanikan banawan amgat de parasamya makabehan tan pisan pindawa tinambak parasamya. “

Terjemahan :

“…. nacura : titah raja yang diturunkan itu memerintahkan kepada kepala jataka di Kamalagyan, supaya segenap tanah pertanian semua, ialah tanah didaerah pankaja yang masuk bagian kelpurambai, yang luas tanahnya adlah 1 dan memuat 6 tampah tanah, yang ditaksir hasilnya sebesar 6 masa suwarnna, 7 masa dan kupan dan. “

“…. milik raja yang berupa ladang- ladang dan segala jenis hasilnya yang seluruhnya berjumlah 17 masa suwarnna, 14 kepang dan 14 masa 4 satak (hanya) ditetapkan sebagai pajak sebesar 10 masa suwarnna saja bulan asuji “

“…. Yang dipersembahkan kepada cri maharaja yang bersih (dari kewajiban membuat lainnya) dan tidak dikenankan pajak tanah pajak padapanleyo (?), pajak pinjaman (?) dan tidak dikenkan pula pajak pilih mas (?). begitu pula hak raja yang ada di kalagyan, ialah tempat sentuhan sungai dan berjumlah 2 masa suwarnna, 10 masa ikut dikurangi (ditahan) dengan jumlah, sebesar 2 masa suwarnna. (begitu pula) tempat menyambung ayam

“…. yang menjadi milik raja dan menghasilkan 1 masa 2kupang, dikurangi dengan 1 masa. Seterusnya (daerah pedikan tersebut) tidak boleh didatangi lagi oleh orang yang minta-minta dan apabila orang-orang buangan datang (hendaknyalah diberkan saja barang) satu kupang atau satak. Suka duka baik yang benar maupun yng kecil menjadi tanggung jawab orang anggota hatur (?), anggota patoh dan pemimpin-pemimpin (dari) “

“…. demikianlah banyaknya tanah pertanian yang sawah-sawahnya tertahan dan terkena (hasil buminya) oleh sungai kecil yang akhirnya menjadi bengawan yang menerobos di. “

“    Waringin sapta, sehingga kuranglah milik raja dan binasalah sawah- sawahnya. Memng sangat sukar untuk mencapai tujuan dalam usaha rakyat sekalian yang berusaha menambak bengawan yang menerobos itu . (sungai ini) tidak hanya baru ditambak satu dua kali saja oleh rakyat. “

Dari isi pembahasan dalam prasasti tersebut jelas terlihat sekali kerugian yang ditanggung oleh kerajaan atas peristiwa bencana banjir waktu itu seperti yang diberitakan oleh Prasasti Kamalagyan diatas, salah satunya ialah raja harus mengurangi pajak penghasilan bagi kerajaan. Pengaruh bencana banjir yang terjadi pada waktu itu juga mempengaruhi berbagai sektor perkonomian tidak hanya pertanian, melainkan perdagangan juga baik disektor pasar yang telah di bahas dibawah ini, dan juga mempengaruhi jalur perdagangan, para pedagang yang menggunakan aliran sungai Brantas sebagai jalur perdagangannya. Selain perekonomian, dampak banjir juga dijelaskan dalam prasasti kamalagyan berdampak pada prosesi peribadatan penduduk sekitar sungai berantas. Hal ini dikarenakan banyak peralatan ibadah yang tergenang air.

Scroll to Top